Kamis, 21 Februari 2013

Sahabat Sehidup Semati

“Wahahaha!”, “ayo kesini! Disini!” begitulah teriakan anak-anak sore itu di taman bermain. Banyak anak-anak yang bermain di taman bunga yang indah sore ini. Maklum saja hari itu adalah hari pertama liburan akhir semester. Dan salah satu dari sekian banyak anak-anak terdapat sepasang anak yang bermain ayunan dengan santai. Mereka melepas senyum mereka setiap saat. Ya, mereka adalah rima dan lina. Mereka adalah sobat sejak kecil, ayah dan ibu mereka adalah teman akrab juga. Karena ayah dan ibu mereka adalah teman SMP dan rumahnya saja bersebelahan. “wah udah sore nih, bentar lagi magribh yuk kita pulang” ajak rima. “ oh iya juga ya, ya udah yuk kita pulang udah magribh” ajak lina gantian. “ ih gimana sih? Kan aku yang ajak?” protes rima. Mereka pun tertawa bersama dan berjalan beriringan pulang.
Esoknya, rima dan lina berkumpul di depan kedua rumah mereka. Rupanya keluarga mereka merencanakan untuk pergi piknik ke pantai bersama. “eh keluargamu dah siap belum?” Tanya lina. “ emh udah kok kalau kamu?” Tanya rima gantian. “ udah juga kok, nah itu dia. Yuk berangkat. Kita masuk duluan ke mobil” ajak lina. Mereka pun masuk ke mobil disusul orang tuanya. Dalam perjalanan, rima dan lina menyanyi bersama sedangkan orang tua mereka hanya melihat dengan sedih keakraban rima dan lina. Ternyata ada sesuatu yang disembunyikan rupanya.
Dan akhirnya, sampailah mereka di pantai yang mereka tuju. Rima dan lina pun berganti pakaian dan tanpa basa-basi lagi mereka langsung bermain pasir dan bermain air laut. Sedangkan orang tua mereka berteduh dibawah pohon kelapa menikmati semilirnya angin. “wah, enak banget nih. Kita bikin istana pasir yuk! Aku bawa ember kecil lho” ajak rima. “ ayo”. Merekapun membuat istana pasir dengan riang gembira. Ditengah-tengah mereka membuat istana pasir, rima berkata “eh lina, kamu udah mempersiapkan diri belum untuk lomba bercerita berdua?”. “ udah kok” jawab lina. “gimana kalau besok kita latihan?setelah itu kita bersepeda bersama” ajak rima. “wah bagus juga idemu. Ya sudah kalau begitu di depan rumahmu dan rumahku ya” ujar lina. “ oke deh bos”, merekapun tertawa bersama. Di kejauhan, orang tua mereka melihat dengan pandangan terharu. “kamu benar-benar akan melaksanakan niatmu? Lihatlah mereka begitu akrab bahkan seperti tak bisa dipisahkan lagi” kata ayah rima dengan memelankan suaranya karena takut didengar oleh rima dan lina yang bermain tidak jauh dari pohon tempat mereka berteduh itu. “ sepertinya iya, mau apa lagi karena memang benar-benar harus kesana” jawab ayah lina. “apa sudah diberi tahu si lina?” Tanya ibu rima pada ibu lina. “belum, kami takut dia sedih karena akan berpisah dengan sahabat karibnya” jawab ibu lina lesu. “sebaiknya, diberitahukan saja. Daripada mendadak dia kan jadi tidak bisa memanfaatkan waktu yang tersisa?” saran ibu rima. “ ya sudah, biar kami beritahukan ia” kata bu lina. Dan 2 keluarga itupun menghabiskan waktu mereka hingga sore hari di pantai, menjelang magribh mereka pulang.

Di waktu malam hari, di rumah lina, ayah dan ibu lina menceritakan pada lina sesuatu yang sudah mereka rencanakan “kapan yah?!” Tanya lina dengan panik setelah diceritakan oleh ayahnya. “sepertinya seminggu lagi” jawab ayah lina. “tapi kenapa yah? Aku tidak mau berpisah dengan rima apalagi aku akan mengikuti lomba bercerita berpasangan dengan rima minggu depan!” tolak lina. “ lina sayang, kita memang benar-benar harus pindah ke sulawesi karena ada urusan pekerjaan. Untuk lomba kan ada teman rima yang lainnya yaitu si dina yang bisa menggantikanmu? Dan waktu seminggu ini manfaatkanlah waktumu dengan temanmu agar kau puas ya?” kata ibu lina sambil mengelus rambut lina. Lina yang tadinya tidak mau jadi luluh karena ia memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi “ iya ma aku mengerti”. Dan malam itu lina tidur dengan gelisah.
Keesokan harinya, sesuai dengan rencana, mereka pun berkumpul di depan rumah mereka. Mereka pun latihan bercerita berpasangan, tapi lina terlihat tidak bersemangat dan hal itu membuat rima penasaran “ hai lina, kok kamu gak semangat sih? Kamu sakit?” Tanya rima. “ ah nggah kok. Ayo lanjutin lagi biar bisa cepet main sepeda” jawab lina seraya cepat-cepat mengubah mimik wajahnya agar terlihat bersemangat. Setelah beberapa menit latihan, mereka pun bersepeda keliling kompleks. Di saat sedang bersepeda santai, lina membuka percakapan “e..eh rima”. “iya?” sahut rima seraya menoleh sesaat dan tersenyum. “a..anu, aku boleh ngomong sesuatu?” Tanya lina dengan hati-hati. “kamu ini kenapa? Ngomong aja kali, gak usah Tanya dulu?” jawab rima dengan enteng. “ ka..kata ayahku a..aku mau……” lina menghentikan pembicaraan karena gugup. “mau apa sih?” Tanya rima penasaran. “ eh…uh…oh… mau…mau… mau lomba cerita sama kamu! Ya, lomba bercerita berpasangan denganmu! Ya” jawab lina berbohong. “ eh? Ya emang iya lah? Ayahmu baru tahu ya?” kata rima heran. “ eh, iya” jawab lina dengan raut muka lesu. “ oh iya, mulai besok kamu latihan bercerita sama dina ya” kata lina tiba-tiba. “ hah? Apa? Kenapa harus begitu?” Tanya rima sambil menghentikan sepedanya. “eh, karena sebagai cadangan kalau aku mendadak berhalangan saat tampil nanti. Lagian aku dan kamu sudah sering latihan dan sudah mahir kan membawa ceritanya?” lina menjawab dengan ngawur. “ oh iya juga ya? Hehehe ternyata kamu pintar juga ya?” kata rima sambil melajukan lagi sepedanya. Dalam hati lina menarik nafas lega ‘fuuuh’.mereka pun bersepeda lagi mengelilingi kompleks.
Selama 1 minggu itu, lina memanfaatkan waktu dengan rima sebaik-baiknya. Setiap hari ia mengajak rima bermain ke taman dan bersepeda. Dan selain itu, ia juga menyemangati dina dan rima berlatih bercerita. Pertamanya sih, dina kaget waktu diberi tahu akan diajak latihan sebagai cadangan.tapi setelah dijelaskan oleh lina secara sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan rima, ia pun akhirnya mengerti walau juga ikut bersedih. Dan akhirnya sampailah pada hari terakhir lina ada di kota ini. Pada pagi hari, suasana berkemas di rumah lina tidak diketahui oleh rima karena lina mengajaknya ke taman sebagai hari terakhir ia berada disamping kawannya itu. Orang tua rima pun ikut membantu mengemasi barang-barang keluarga lina tak terkecuali dina yang juga diminta lina datang ke rumahnya sebagai hari perpisahan.
Ketika lina kembali bersama rima, rima kaget melihat semua barang-barang rumah lina dibawa masuk ke mobil. “loh ada apa ini?” Tanya rima heran. “ hiks…hiks, maaf rima aku tak bilang padamu kalau aku akan pindah ke sulawesi” kata lina sembari memeluk rima yang yang masih kaget. “ hah? Apa?! Kamu bohong kan?” Tanya rima sambil melepaskan pelukan lina. “tidak, aku tidak bohong. Aku harus pindah karena ayahku ada urusan pekerjaan di sulawesi. Maafkan aku baru bilang sekarang. Sekarang aku harus berangkat, aku menyuruhmu latihan bersama dina adalah untuk menggantikanku. Aku harap kalian akan menang di perlombaan nanti. Kalian harus tambah akrab ya” kata lina dengan menangis tersedu-sedu sambil mengaitkan tangan rima dan dina.
Rima masih tidak percaya dan tidak terima, ia pun menangis “kenapa kamu baru beritahu aku sekarang?!”. “ aku tak mau kau sedih memikirkannya, maafkan aku ya. Ini kado berisi kenang-kenangan dariku untuk ulang tahunmu besok bulan juli dan ada juga kertas berisi alamat, nomor telepon, dan status jejaring social yang ku punya, terimalah” jawab lina dengan rasa bersalah. Rima menangkis tangan lina sehingga membuat bingkisan itu jatuh dan rima masuk ke dalam rumahnya dan mengurung diri dikamar sembari menangis. Lina kaget menyaksikan hal itu, begitupula juga yang lainnya. “tante ini tolong berikan pada rima. Saya berangkat” kata lina sambil menyerahkan bingkisan itu pada ibu rima. Ibu rima hanya mengangguk, lalu lina teriak keras-keras “ rima, maafkan aku! Aku berangkat dulu, menangkan lomba itu ya!” setelah itu lina naik ke mobilnya dan disusul ayah dan ibunya. Ketika mobil baru pergi, rima keluar dari rumah sambil membawa bingkisan dan berlari menyusul mobil lina. Mobil lina pun berhenti, lina keluar dari dalam mobil dan memeluk rima. Rima pun juga memberikan bingkisan yang ternyata tadi dia buat di kamar, “ ini juga ada bingkisan buatmu untuk ulang tahunmu besok bulan agustus. Maaf tadi aku bertindak kasar. Selamat jalan sobat…” bisik rima di pelukan lina.
Kejadian itu membuat yang melihat menangis tersedu-sedu tak terkecuali keluarga lina dan rima sekaligus dina. Lina melepaskan pelukan rima, menerima bingkisan itu dan naik ke mobil. Ia melambaikan tangannya dari balik jendela mobil. Rima membalasnya sambil terduduk melihat mobil lina yang semakin lama makin tak Nampak. Ayah dan ibunya menggandengnya masuk ke rumah diikuti dina. Di dalam kamar, setelah ayah, ibunya, dan dina keluar dari kamarnya, ia berjanji pada dirinya sendiri ‘aku akan menangkan lomba itu untukmu lina’. Dan ia pun tertidur karena capai.
Esok harinya adalah hari perlombaan. Rima dan dina bersiap-siap untuk tampil di panggung. Mereka tampil memukau yang hadir, berasa begitu menyentuh. Dan akhirnya, merekapun menjadi juara 1. Rima tersenyum bahagia karena bisa menjadi juara 1, ‘ini kupersembahkan untukmu lina’ batinnya. Rima sengaja meminta ibunya merekam dari awal hingga akhir saat ia dan dina pentas hingga akhirnya ia bisa dapat juara. Di sekolah, rima dan dina dielu-elukan oleh teman-temannya. Akan tetapi, rima tetap merasa sedih karena lina tak ada disampingnya saat ia bahagia maupun sedih apalagi sekarang suasana di sekolah berbeda tanpa lina yang ceria. Kini, dina-lah yang sering menghibur rima jika sedang sedih, karena memang itulah yang dipinta lina sebelum ia pergi. Tapi bagi rima, lina adalah sahabat yang tak tergantikan di hatinya. Dan sampai sekarang rima masih tetap connect dengan lina lewat hp dan surat.
15 tahun telah berlalu…
Kini, rima, dina, dan lita telah beranjak remaja. Rima juga masih tetap connect dengan lita. Mereka saling berkirim surat dan saling menelepon satu sama lain. Pada suatu hari, rima sedang santai sambil menonton tv. Tiba-tiba terbesit dalam pikirannya untuk datang ke rumah lita di Sulawesi karena sebentar lagi liburan akan datang. Lalu rimapun menelepon lita, “hallo lita”. “hai rima” jawab lita dari seberang. “sedang apa nih?” Tanya rima berbasa basi. “aku sedang menonton tv, pasti kamu juga kan tuh suaranya kedengeran hihihi” jawab lita. “iya. Eh sebentar lagi aku bakal liburan nih. Aku main ke rumah mu ya? Kangen tau sama kamu, udah 15 tahun gk ketemu” kata rima mengatakan inti pembicaraannya dengan lita. “wah ide yang sangat brilliant! Datang aja malah kalau bisab mah berapa minggu gitu disininya, kamu Tanya ayah dan ibumu terus hubungin aku lagi ya” jawab lita dengan sumringah. “oke. Dah dulu ya nanti kuhubungin lagi, o ya jangan lupa balas suratnya ya” kata rima lalu menutup teleponnya.
Malam harinya, saat keluarga rima berkumpul. Rima mengatakan hasratnya pada ayah dan ibunya. Ayah dan ibunya tampak mengerutkan dahi setelah mendengar maksud rima. “Sulawesi itu jauh nak. Sekarang kita ada di Jakarta, butuh banyak waktu untuk sampai ke Sulawesi. Dan ditambah lagi cuaca sedang buruk, sedang musim hujan. Apa kamu berani?” Tanya ibu rima sedikit cemas. “aku berani kok bu. Sulawesi itu dekat dan dapat ditempuh dengan cepat menggunakan pesawat. Aku nggak takut cuaca buruk karena pasti pilot yang mengendarai pesawat sudah handal dan terlatih serta berpengalaman, jadi aman. Aku sudah kangen banget sama lina, 15 tahun udah gak pernah ketemu pasti ia sudah tambah dewasa. Ayolah ayah,ibu izinkan rima ke Sulawesi” jawab rima. Akhirnya terjadilah adu argumentasi antara ayah ibu rima dan rima sendiri. Setelah beberapa menit, akhirnya diputuskan rima boleh pergi ke Sulawesi. Rima pun sangat senang dan menciumi ayah ibunya satu persatu, ayah dan ibunya hanya menatap heran. Di kamar, rima menelepon lina dan mengabarkan jika ia diizinkan serta akan berangkat besok lusa. Mereka pun bercakap-cakap ria.
Lusa harinya, rima sudah bersiap hendak berangkat ke bandara. Ayah dan ibunya mengantar sampai ke bandara. Di bandara, mereka pun berpisah. Ayah dan ibu rima melihat anak gadisnya itu perlahan hilang tertutup orang yang lalu lalang. Ketika melihat pesawat rima sudah lepas landas, ayah dan ibu rima pun pulang ke rumah. Selepas berganti baju, ayah dan ibu rima santai bersama di ruang tamu bersama rama, adik rima. Setelah kurang lebih 1 jam kumpul bersama untuk main dan nonton tv bersama, tiba – tiba ada breaking news atau berita terkini. Mereka bertiga pun melihat dengan seksama. Dari berita itu, dikabarkan pesawat jenis X terjatuh di laut jawa karena terjadi badai di tengah perjalanan menuju Sulawesi. Ayah dan ibu rima terbelalak melihatnya, mereka melihat dengan seksama jenis pesawat itu. Ayah dan ibu rima kaget bukan kepalang karena itu adalah pesawat yang di tumpangi rima. Mereka tambah shock ketika melihat ada nama rima di daftar korban kecelakaan pesawat itu, apalagi dikabarkan seluruh penumpang tewas. Ayah dan ibu rima pun mencoba menelepon ke hp rima. Tak bisa menyambung, bahkan sampai 5 kali. Dan saat itu juga mereka berkemas kemas untuk melakukan perjalanan ke pos tempat menampung keluarga korban kecelakaan pesawat itu.
Mereka tiba disana menjelang siang. Di pos, ayah lina menelepon. “halo, pak dika? Saya melihat ada berita pesawat jatuh menuju Sulawesi. Mengingat hari ini rima sedang menuju kemari saya jadi cemas. Itu bukan pesawat rima kan?”. “iya pak, itu benar pesawat rima. Kini kami sedang berada di pos tempat korban nanti dibawa” jawab ayah rima dengan sedikit goyang suaranya karena haru. “apa?! Kalau begitu saya akan kesana pak” jawab ayah lina dengan panik. “iya pak, maaf sudah merepotkan”. Setelah itu, ayah dan ibu rima menginap di hotel dekat pos itu. Malam harinya, keluarga lina tiba di pos. merekapun segera ke hotel karena telah diberi tahu petugas pos. lalu menuju kamar ayah dan ibu rima. Setelah masuk, mereka bercakap-cakap. Mereka saling membicarakan tentang tekad rima yang ingin ke Sulawesi walaupun cuaca buruk demi menemui sahabat karibnya. Lina menangis mendengarnya. Ia terharu betapa rima ingin bertemu dirinya setelah belasan tahun tak bertemu. Dan karena keadaan semakin mengharukan, ayah dan ibu lina memutuskan check in di kamar sebelah ayah dan ibu rima.
Keesokan harinya, mereka pun menuju pos. kebetulan sekali, setelah diberi tahu petugas ternyata jenazah rima telah datang. Ibu rima menangis sejadi-jadinya ketika tahu ternyata benar anaknya telah tiada. Begitu pula dengan lina, ia manangis sambil memegang foto nya dengan rima kado pemberian rima. Suasana pun mencekam penuh haru.
Sore harinya, pemakaman di lakukan di jakarta. Setelah selesai, lina berlutut di samping kuburan rima.ia menangis meratapi kepergian temannya itu. Benar-benar hancur hatinya kini. Ayah ibu rima dan lina menenangkannya. Lalu mereka pulang ke rumah rima. Lina diberi buku diary rima yang memang merupakan suruhan rima. Setelah itu, mereka pamitan dan pulang. Di rumah lina, lina membaca diary rima dengan tersenyum karena isinya adalah hal-hal yang menyenangkan dan lucu. Lina pun tertidur karena lelah sambil memeluk diary rima. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu rima yang berpamitan dengannya untuk pergi meninggalkannya. Lina terbangun, lalu ia berjanji akan selalu mengingat rima dan ia berkata dalam hatinya ‘rima, aku gak akan ngelupain kamu. Diary ini akan kurawat untukmu. Kita adalah sahabat sehidup semati. Selamat jalan rima…’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar