Kamis, 21 Februari 2013

Kita Sahabat

Namaku Fasya, ini adalah cerita tentang cinta monyetku yang terus berlanjut. Ga akan pernah ada habisnya untuk ngungkapin perasaan kita berdua, hubungan kita, dan semua yang udah kita lalui bersama.
Sejak saat itu, sore itu, saat aku menerima pesan singkat, “hai fatia”. Dalam benakku bertanya-tanya siapa dia?
Dan saat aku tau dari jawaban yang ia berikan, “aku temen deketnya rizki, suka liat kamu jalan kalo pulang sekolah”. Ga salah lagi dia adalah cowo yang banyak diidamkan di sekolah smp waktu kami masih duduk di bangku smp, dia adalah Regih. Ya, dia teman sekelasku saat kelas 2 smp. Tak sedikitpun aku tertarik padanya, walaupun ya aku sadari dia memang cakep.
Namun, sejak sore itu. Aku merasakan ada hal yang berbeda tentang rasaku padanya. Ada perasaan positive yang aku sendiri tidak tahu apa. Di kelas aku memang termasuk cewek yang pendiam, begitupun dia yang agak malu jika harus mendekati teman ceweknya apalagi yang ia sukai. Selama itu kami hanya berkomunikasi lewat pesan singkat, aku merasa nyaman saat bercerita tentang apapun masalh yang aku hadapi, ya aku menyukainya.
Sampai saat ini kita sama-sama sudah berada di tingkat pendidikan tertinggi, kuliah. Sejak dia menghubungi aku saat kita masih smp hingga sekarang, kita masih saja berhubungan walaupun kita sama-sama punya pacar. Tapi, inilah kita. Akupun tak mengerti apa yang terjadi dengan kita, sejak kelas 2 smp kita sama-sama tahu bahwa kita saling suka bahkan menyayangi. Namun, entah mengapa kita tak pernah disatukan dengan hubungan yang jelas, selalu berhubungan tanpa status.
Aku merasa nyaman ada di dekatnya, merasa tenang jika menceritakan segala masalah yang aku hadapi padanya. Sekarang kita udah ga lagi kikuk seperti waktu jaman smp, semua berawal sejak kami ada di bangku sma. Mungkin karena kita terpisah sekolah jadi merasa lebih kangen, dan ini yang menjadikan kita sering bertemu. Lagi-lagi dengan status kita yang sama-sama punya pacar. Inilah kita.
Suatu hari saat liburan kenaikan kelas 2 sma, alumni smp kita mengadakan reuni berupa foto angkatan bareng. Setelah sehari sebelumnya aku dan regih pergi bareng ke acara reuni kelas 8, seperti biasa di depan teman-teman kita bersikap seolah kita hanya hubungan teman biasa ga ada yang istimewa. Dan beberapa hari sebelumnya regih datang ke rumahku untuk sekedar bercakap tentang masa sma yang membuat kita terpisah. Hari itu, reuni angkatan. Aku pergi bersama teman smp kelas 3, sesampai di studio foto betapa aku harus menahan hati melihat regih dengan pacarnya yang tentu saja aku kenal. Namun, aku bersikap semuanya baik-baik saja. Acara selesai dan akupun pulang bersama Daus, di teman sekelas kelas 3 juga.
Malamnya setelah acara selesai, ada yang mengirim obrolan di facebook. Dia mengaku teman smp juga, namun aku tak mengenalnya atau mungkin lupa. Dan ternyata setahun yang lalu kita pernah kenalan lewat facebook juga. Aku baru inget, dan ia juga salah satu teman baiknya Regih, dia adalah Gavan. Entah bagaimana obrolan itu berlanjut beberapa hari setelahnya, dan dia menampakan sikap bahwa dia mempunyai rasa padaku. Namun, saat itu juga masih memiliki pacar. Hingga suatu hari gavan datang ke rumah ditemani Regih. Aku merasa biasanya saja, malah aku lebih senang karena Regih datang lagi ke rumah. Dan akhirnya pun aku pacaran bersama Gavan dengan status aku masih punya pacar. Namun semua takk berjalan lama, Gavan mengetahui status hubungan aku. Tapi aku meyakinkannya bahwa aku lebih memilihnya dan akan memutuskan pacar pertamaku. Hubungan kami baik-baik saja.
Namun saat menginjak 3 bulan hubungan kami renggang, karena entah mengapa aku merasa jenuh dan pada saat yang sama ada teman sekelas yang mendekatiku. Dan lagi aku tergoda, aku memutuskan hubungan dengan Gavan, dan pacaran dengan teman sekelasku. Itupun tak berlangsung lama hanya satu bulan. Saat masa pendekatanku bersama teman sekelas dan saat dimana hubungan aku dan Gavan merenggang, Regih datang menemaniku. Ia selalu bisa membuatku bahagia, dan ia selalu datang pada saat yang tepat. Suatu malam saat hatiku bimbang, Regih menjemputku di Kosan untuk pergi keluar saat itu hujan dan sepatuku basah. Saat itu aku ingat bahan sampai sekarang, ia berjannji akan membelikan aku sepatu, tapi tak kunjung ia tepati.
Sejak pertemuan malam itu aku tersanjung saat ia berkata, “pokonya kalo dari kita ada yang lagi butuh, kita harus saling mengisi”. Takkan pernah aku lupakan malam itu dan perkataannya. Hubunganku dengan teman sekelaspun kandas, dan saat yang tepat Gavan kembali menghubungiku. Hal yang bisa disebut kebetulan. Tak lama dari itu kami kembali dekat dan di saat itu, aku mendengar bahwa Regih menjelekkan aku di depan Gavan. Saat itu aku marah, kesal dengan Regih, namun dalam hatiku lebih percaya pada Regih, orang yang lebih dulu aku kenal dibandingkan Gavan.

Beberapa bulan kemudian aku dan Gavan kembali berpacaran, tak jarang aku dan Regih berkomunikasi lewat apapun tanpa sepengetahuan pasang kita masing-masing. Hubunganku dan Gavan kini menginjak 31 bulan, dan saat inilah aku sudah mengemban bangku kuliah begitupun Regih.
Pada liburan semester pertamaku tak ada hari yang dilewati tanpa bersama Gavan, ia datang setiap hari mengunjungiku di rumah kecuali saat salah satu diantara kita ada keperluan lain. Dan saat minggu ketiga liburan semester, aku mangurusi kredit sks di kampus dan mengharuskan aku tak bertemu Gavan 3 hari. Namun, Gavan tidak terima dengan sikapku, tapi ini lebih penting daripada aku harus bertemu dengannya yang sudah hampir setiap hari kita bertemu. Saat itu juga ia selalu kesal padaku, dan itu juga yang membuatku kesal bahkan jenuh dengannya. Hari terakhir aku mengurusi kredit sks, tiba-tiba saat perjalanan pulang aku teringat dengan Regih. Aku merasa kangen dengannya, dan ingin rasanya menghubungi ia lagi setelah sekian lama kita tak berkomunikasi, entah kapan terakhir kami berkomuikasi atau bertemu.
Malam itu tepat saat aku memikirkannya dan saat itu akku mendapat kesempatan untuk manghubunginya, aku mencoba untuk mengirim BM ke Regih.
“Regih”, ucapku di BM. Berharap ada balasan darinya.
“Ada apa?, tumben malem-malem ngechat.”, balasnya.
Aku menjawab, “ga apa-apa, udah lama aja ga ngobrol”.
“oh, semacam kangen ya?”, ia menggoda.
“Haha, iya”, aku mengakui.
Obrolan kami di BBM berlangsung lama hingga jam sudah menunjukkan jam 3 pagi. Banyak hal yang kami obrolkan, mengenang masa lalu, saling jujur hal yang belum kita ceritakan saat dulu kebersamaan kita, dan rasa rindu yang sama-sama kita rasakan saat itu. Dalam obrolan itu tak sadar aku menangis. Mungkin karena saking kangennya, dan memang terasa menyakitkan dan sedih untuk mengenang kebersamaan kita. Lucu saat mengingat bagaimana awal kita menjalin hubungan yang dekat. Dan akhir obrolan kami, aku bilang ingin rasanya pergi berdua bersamanya ke suatu tempat. Dan ia pun langsung menyetujui keinginanku. Hari sabtu rencananya kami berangkat.
Dari obrolan malam itu, aku tahu bagaimana kronologis pada saat Gavan menceritakan putusnya hubungan kita pada Regih. Yang aku tu Regih menceritakan kejelekkanku pada Gavan yang membuat aku tersinggung, namun ternyata Gavan pun menjelekkan aku. Sakit rasanya saat tau orang yang aku sayangi sekarang pernah menjelekkan aku di depan teman baiknya dan teman terbaikku juga. Dan saat aku terbangun setelah sampai jam 3 kita mengobrol di BM, entah mengapa aku merasa sangat sakit, sedih, dan air matapun kemballi membanjiri pipiku.
Saat malam itu aku meminta pergi berkencan bersamanya, sekali aja untuk pertama dan terkakhir. Sedih saat membaca pernyataan itu darinya. Namun aku sudah tak sabar menunggu hari esok, hari dimana aku akan berkencan dengan lelaki yang aku sayangi sejak dulu hingga sekarang perasaan itu tidak berubah. Hari itu, Gavan datang menemuiku di rumah. Tak seperti biasanya raut wajahnya menampakan kekesalan, aku tak mengerti kenapa. Aku terus membujuknya hingga aku tahu ia kesal karena tahu aku pernah chating dengan senior. Dan aku mencoba memberi pengertian padanya, dan keadaan kembali normal. Jam 8 malam Gavanpun pulang. Dan tak lam aku ingin segera tidur tak sabar menanti hari esok.
Keesokan harinya aku bangun dengan perasaan was-was berasa hari ini takkan pernah ada kencan bersama Regih. Pagi begitu aku bangun, aku mengingatkannya akan hari ini. Jam 9 pagi ia baru menjawab, dan setelah ada jawaban yang itu berarti membuatku lega, kencan hari ini akan segera terjadi. Aku langsung bergegas bersiap-siap. Akupun memita papah mengantarkan aku ke depan komplek karena kebetulan kami tinggal berada di komplek yang bertetanggaan. Aku meminta papah mengantar karena aku tak mau ada kecurigaan dari siapapun tentang kepergianku hari ini untuk berkencan dengan Regih. Aku menunggu Regih di tepi jalan, tak lama aku melihat mobil APV berwarna putih menghampiriku, dan ini berarti kita akan berkencan dengan mengendarai mobil. Aku segera memasuki mobil dan senyuman Regih menyambutkku di dalam mobil.
Kami banyak berbincang selama perjalanan, rencananya kami mau pergi ke pegunungan Lembang, memang tempat itu akan meninggalkan kenangan yang mungkin akan membuatku sedih jika aku harus mendatangi tempat itu lagi. Hari ini adalah seharian penuh kami menjadi sepasang kekasih hanya hari ini, ya aku menyedari itu. Ia memegang tanganku dengan lembut, ingin rasanya genggaman ini takan pernah terlepas tapi aku sadar semua takkan mungkin. Di perjalanan kami memikirkan akan kemana kita pergi dan akhirnya memutuskan untuk ke Taman Wisata Tangkuban Perahu.
Sesampainya di puncak kawah gunung Tangkuban Perahu, Regih mamarkirkan mobilnya, tapi salah kita parkir terlalu jauh sehingga harus berjalan lagi beberapa meter. Dan saat kita berjalan hujanpun turun, dan artinya kita harus berteduh, setelah hujan mulai reda mengingat kami belum melaksanakan solat dzuhur sedangkan saat itu jam menunjukan pukul 14.00, kamipun menuju musola untuk melaksanakan solat. Setelah solat, cuaca agak cerah walaupun kabut tebal menyelimuti kawah yang membuat udara semakin dingin. Kami berjalan menyusuri jalan di pinggir kawah menikmati embusan angina saat itu. Aku ingin mengenang saat-saat ini walaupun tak ada foto yang mengabadikan momen disaat kita bersama. Kita hanya tidak ingin kencan hari ini ada yang mengetahui.
Saat sudah puas menikmati pemandangan dan udara di sekitar kawah kamipun berjalan menuju dimana mobil terparkir. Hujan cukup deras kembali mengguyur kami saat berjalan menuju mobil, dan itu membuat baju kami basah. Sesampainya di mobil aku merapikan tali sepatu yang tadi terlepas saat berjalan, serta membersihkan baju dari sisa-sisa air hujan. Aku baru sadar bahwa kepalaku basah saat Regih memegang kepalaku, dengan penuh perhatian dia menanyakan keadaanku, takut aku sakit karena kehujanan dan kepalaku basah.
Mobilpun langsung melaju menuju arah pulang, hujan lebat mengguyuri perjalanan kami. Kaca mobil tampak berkabut hampi-hampir jalanan tak terlihat. Selama perjalanan Regih memegang tanganku dengan lembut, bersandar dipundakku saat keadaan sedang macet. Dalam obrolan kami, ada terlintas pertanyaan dari Regih, “kenapa kita ga pacaran aja ya dulu”.
Penyesalan kembali tersirat dibenakku, dan kenangan yang terus terlintas dalam benakku. pulang dari Lembang kami mampir ke salah satu rumah makan sekedar menemani Regih makan karena sebenarnya kau tak terlalu lapar. Disana kami cukup lama karena pesanan makanku lama sekali datangnya. Jam 18 kita baru pulang, melihat pm nya teman Regih bahwa perjalanan keluar tol menuju daerah kami tinggal mencapai 2 jam. Ia memutuskan untuk mencari jalan yang tidak akan terjadi kemacaetan itu berarti kita menempuh perjalanan yang lebih jauh dan itu berarti kita lebih lama untuk bersama. Jam 20 kami sampai tepat depan rumahku, tak mau ada orang rumah yang tau siapa yang mengantarku pulang, kami tak berlam-lama berbincang untuk perpisahan kami itu. Mobil Regih pun segera melaju.
Hari ini mungkin memang akan menjadi saat pertama sekaligus juga terkahir kita berkencan, bersama merasakan kemesraan, saling merasakan aliran kasih sayang diantara kita yang aku pikir takan pernah berubah dan akan seperti ini. Walaupun kami harus memendamnya dalam hati tanpa ada satu orang pun yang tahu.
Regih akan selalu menjadi sahabat terbaikku, aku tahu itu. Ku harap hari ini bukan hari perpisahan untuk kita, walaupun kenyataannya memang begitu. Aku sayang padamu Regih, selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar